CIBINONG, Kompim – Dalam sebuah acara penuh khidmat dan sarat makna budaya Rudy Susmanto Bupati Bogor, secara resmi menyerahkan kembali Mahkota Binokasih kepada Radya Anom Keraton Sumedang Larang Raden Luky Djohari Soemawilaga, pada Selasa (22/04/2025) di Pendopo Bupati Bogor. Momen bersejarah ini menjadi tonggak penting dalam upaya pelestarian warisan budaya Sunda sekaligus mempererat hubungan persaudaraan antar daerah.

Bupati menegaskan bahwa keberadaan mahkota ini bukan sekadar simbol sejarah semata. “Kehadiran Mahkota Binokasih merupakan lambang identitas budaya yang sangat kami junjung tinggi. Ini adalah momen sakral untuk memperkuat ikatan antara masa lalu dan masa depan kita bersama, setelah kurang lebih 600 tahun yang lalu, Mahkota ini meninggalkan Kabupaten Bogor” tambahnya.

Kirab Mahkota Binokasih menurutnya memiliki peran strategis sebagai momentum amplifikasi dan glorifikasi nilai-nilai luhur warisan leluhur Sunda kepada masyarakat luas. “Kehadiran Mahkota Binokasih merupakan simbol kebijaksanaan, keharmonisan sosial serta tanggung jawab moral sebagai fondasi peradaban Sunda yang agung sejak dahulu kala,” jelasnya.

“Atas nama pribadi dan seluruh masyarakat Kabupaten Bogor, saya sampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Radya Anom Keraton Sumedang Larang Raden Luky Djohari Soemawilaga atas kepercayaan besar yang telah diberikan kepada kami untuk menjadi salah satu lokus Kirab Panji dan Mahkota Binokasih,” ujar Bupati Rudy Susmanto.

Lebih jauh lagi, Rudy berharap agar pada peringatan hari jadi ke-543 Kabupaten Bogor nanti, Mahkota Binokasih dapat kembali lagi ke tanah Bogor, sebagai simbol eratnya hubungan antara Keraton Sumedang Larang dengan keluarga besar Kabupaten Bogor. “Mahkota ini bukan hanya benda pusaka; ia melambangkan bahwa Keraton Sumedang Larang telah menjadi bagian dari keluarga besar kami di Kabupaten Bogor. Pintunya selalu terbuka kapan saja bagi saudara-saudara kami dari sana,” tuturnya penuh harap.

Dan tentunya kirab Panji dan Mahkota Binokasih ini menjadi agenda rutin, yang tidak hanya menjadi simbol penghormatan terhadap warisan leluhur tetapi juga pengingat filosofi-filosofi kepemimpinan Raja - Raja Pajajaran, akan pentingnya menjaga nilai-nilai luhur demi kemajuan bersama di masa depan, pungkas Rudy. (swa).