CIBINONG — Untuk mempercepat peningkatan pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA), Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Bogor menggencarkan program edukatif dan partisipatif masyarakat. Salah satunya melalui pembentukan komunitas “Berdikari” dan pembangunan Taman Edukasi B2SA di 40 kecamatan se-Kabupaten Bogor.

Kepala Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan DKP Kabupaten Bogor, Rosi Yuliastini  menjelaskan,  bahwa upaya ini menjadi langkah strategis untuk mendorong masyarakat mengadopsi pola konsumsi pangan yang lebih sehat dan berkelanjutan.

“Kami ingin meningkatkan pola konsumsi masyarakat Kabupaten Bogor agar sesuai dengan prinsip B2SA. Untuk itu, kami menyasar sekolah, ibu-ibu PKK, serta masyarakat melalui program Taman Edukasi B2SA dan pembentukan kelompok Berdikari atau Berkebun di Pekarangan Sendiri,” jelas Rosi.

Menurutnya, setiap desa perwakilan dari 40 kecamatan menerima bantuan berupa benih sayuran (seperti bayam, kangkung, tomat, mentimun, cabai), media tanam, serta sarana prasarana sederhana seperti pacul dan garpu. Tak hanya itu, untuk mencukupi kebutuhan protein hewani, kelompok juga mendapat bantuan ayam petelur yang hasil telurnya dikonsumsi oleh anggota kelompok, bahkan sebagian dibagikan untuk mendukung kegiatan posyandu setempat.

Melalui program ini, ia berharap dapat mewujudkan ketahanan pangan berbasis rumah tangga melalui pemanfaatan lahan pekarangan yang terbatas namun produktif. Model kolaboratif berbasis komunitas seperti kelompok Berdikari diyakini menjadi pendorong penting dalam membangun kesadaran pangan sehat yang berkelanjutan.

“Kami optimis, dengan keterlibatan aktif masyarakat dan dukungan lintas sektor, pola konsumsi B2SA akan menjadi budaya baru di Kabupaten Bogor,” pungkas Rosi.

Ditempat yang sama, Kader Ketahanan Pangan sekaligus komunitas “Berdikari Tani Sayur Lestari” yang berada di Desa Susukan, Kecamatan Bojonggede, Darti menjelaskan, program ini merupakan bentuk nyata dukungan DKP berupa bantuan barang kepada kelompok tani yang sudah terbentuk. Salah satunya kelompok tani yang berada di Komplek Villa Asia.

“Kami menerima bantuan berupa bibit sayuran, ayam petelur, telur, pupuk, dan media tanam. Semuanya diterima dalam kondisi baik, dan kini hasilnya sudah mulai kami panen,” ujar Ibu Darti.

Program yang berjalan sejak Maret 2025 ini juga mengedepankan aspek edukasi berkelanjutan. Pada kegiatan hari ini, DKP memberikan pelatihan pengelolaan hama dan penyakit tanaman secara alami, seperti pembuatan pestisida nabati, pengenalan rotasi tanam, pemanfaatan paranet, hingga teknik menangkap lalat buah.

“Dari pelatihan ini kami belajar bahwa untuk hasil maksimal, tidak hanya sekadar tanam, tapi ada teknik dan ilmu yang perlu diterapkan. Kami juga diajarkan membuat ecoenzym dan mengetahui pentingnya jarak tanam serta pencahayaan yang sesuai,” ungkapnya.

Kemudian, tenaga teknis lapangan yang membina lahan Taman B2SA DKP Kabupaten Bogor, Yusuf Wiladiprana, menjelaskan bahwa pelatihan ini merespons permintaan dari KWT yang ingin menerapkan sistem pertanian yang sehat dan ramah lingkungan.

“Yang kami ajarkan hari ini antara lain pembuatan pestisida nabati, seperti larutan M4 yang berbahan dasar gemuk pisang, gula pasir, dan air. Selain itu, kami juga mengajarkan cara membuat punggisida alami dari kunyit, serta perangkap lalat buah menggunakan petrogenol,” terang Yusuf.

Menurutnya, penggunaan pestisida alami ini sangat penting karena memberikan manfaat besar bagi para petani, terutama anggota KWT yang membudidayakan sayuran untuk konsumsi keluarga dan masyarakat sekitar. Penggunaan bahan alami seperti daun pepaya, daun sirih, atau kunyit tidak hanya aman bagi lingkungan, tetapi juga sejalan dengan prinsip keamanan pangan yang diusung program B2SA.

“Tujuannya agar mereka bisa memproduksi pangan yang aman, tanpa residu kimia, sehingga hasil pertaniannya benar-benar sehat untuk dikonsumsi,” imbuhnya.