Cibinong-Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) bekerjasama dengan Pusat Kajian Gender dan Anak serta IPB University melaksanakan Wisuda Sekolah Pra Nikah Tahun 2025 sebagai bagian dari upaya perlindungan anak dan penguatan ketahanan keluarga di Kabupaten Bogor, yang berlangsung di SG 1 Cibinong, pada Sabtu (13/12/25).
Mewakili Bupati Bogor, Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor Ajat Rochmat Jatnika menyampaikan apresiasi kepada DP3AP2KB dan IPB University atas inisiatif penyelenggaraan sekolah pra nikah.
Menurutnya, program ini menjadi langkah strategis untuk membekali generasi muda dengan pemahaman nilai-nilai kehidupan, pernikahan, dan tanggung jawab sejak dini.
Ia menegaskan bahwa anak dan remaja saat ini menghadapi berbagai tantangan serius, mulai dari pola konsumsi pangan yang tidak sehat, pengaruh gaya hidup, budaya senang-senang berlebihan, degradasi nilai keimanan, hingga dampak negatif media dan tontonan.
Oleh karena itu, edukasi pra nikah dinilai penting sebagai benteng dalam membentuk karakter, moral, dan kesiapan mental generasi muda.
Sekda Kabupaten Bogor juga menyoroti kondisi demografi Kabupaten Bogor yang didominasi oleh usia produktif.
Menurut Sekda, kualitas sumber daya manusia harus terus ditingkatkan agar tidak terjadi permasalahan sosial seperti putus sekolah, pernikahan dini, dan sulitnya akses pekerjaan, yang dapat berdampak pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
“Sekolah pra nikah ini diharapkan mampu menanamkan kesadaran bahwa pernikahan bukan hanya urusan hari ini, tetapi merupakan perjalanan panjang yang penuh tanggung jawab, baik di dunia maupun di akhirat,” ujarnya.
Melalui wisuda sekolah pra nikah ini, para peserta diharapkan menjadi agen perubahan di lingkungan masing-masing, mampu membawa nilai-nilai kebaikan, serta berkontribusi positif dalam mewujudkan keluarga yang berkualitas dan Kabupaten Bogor yang lebih maju.
Kemudian, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Bogor adalah Sussy Rahayu Agustini, menyampaikan bahwa Kabupaten Bogor memiliki jumlah penduduk sekitar 5,8 juta jiwa, dengan 1,78 juta di antaranya merupakan anak-anak di bawah usia 18 tahun.
Ia menegaskan bahwa pernikahan anak masih menjadi persoalan serius, mengingat Jawa Barat merupakan provinsi dengan angka pernikahan anak tertinggi secara nasional, dan Kabupaten Bogor menjadi salah satu daerah dengan jumlah kasus terbanyak.
Menurutnya, pernikahan anak berdampak besar
terhadap kesehatan, pendidikan, psikologis, serta kesejahteraan anak, khususnya anak perempuan. Risiko kehamilan usia dini, kematian ibu dan anak, trauma psikologis, hingga kekerasan dalam rumah tangga menjadi konsekuensi yang harus dicegah bersama.
Sussy menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor utama penyebab pernikahan anak, di antaranya kemiskinan dan keterbatasan akses pendidikan, pengaruh tradisi sosial budaya, dampak media sosial, serta kehamilan di luar nikah.
"Oleh karena itu, kami mendorong penguatan program edukatif yang mempersiapkan remaja secara matang sebelum memasuki jenjang pernikahan melalui sekolah pra nikah ini," terangnya.
Ditempat yang sama, Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University, Prof. Dr. Sofyan Sjaf, mengapresiasi langkah Pemerintah Kabupaten Bogor yang dinilai visioner dalam menata dan mempersiapkan generasi masa depan melalui program Sekolah Pra Nikah.
Menurutnya, Kabupaten Bogor sudah berpikir jauh ke depan dengan menghadirkan program yang bertujuan memberikan pembelajaran kepada generasi muda agar tidak menikah di usia terlalu dini. Hal tersebut penting karena pernikahan dini berpotensi menurunkan kualitas sumber daya manusia.
“Sekolah pra nikah ini menjadi ruang pembelajaran agar anak-anak usia dini tidak menikah terlalu cepat. Kalau menikah terlalu cepat, kualitas sumber daya manusianya akan merosot,” ujar Prof. Sofyan.
Ia menegaskan, upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) harus dikawal dan didampingi secara serius dan berkelanjutan. Jika tidak, akan muncul kekosongan generasi berkualitas di masa depan.
Prof. Sofyan juga menyinggung hasil studi tentang lost generation, di mana usia produktif cenderung meninggalkan desa menuju kota, namun tidak terserap secara optimal di dunia kerja akibat rendahnya kualitas sumber daya manusia.
“Kerja sama DP3AP2KB dengan Pusat Kajian Gender dan Anak (PKGA) IPB University ini menjadi sangat penting untuk memastikan pendampingan yang tepat. Dengan begitu, anak-anak kita memiliki pengetahuan dan perspektif yang baik dalam mempersiapkan masa depan,” jelasnya.
Perwakilan Wisudawati Sekolah Pra Nikah, Sinta Ariyani Irawan, menyampaikan bahwa kegiatan Sekolah Pra Nikah memberikan manfaat yang sangat besar, baik secara pribadi maupun bagi para peserta lainnya. Menurutnya, program ini tidak hanya menjadi sarana motivasi, tetapi juga membentuk pribadi yang lebih baik,bertanggung jawab, serta membantu peserta dalam mempersiapkan masa depan secara lebih matang.
Ia menambahkan, melalui kegiatan ini dirinya semakin menyadari pentingnya kesiapan sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Pernikahan, menurutnya, bukan sekadar ikatan formal atau dilandasi oleh cinta semata, tetapi merupakan komitmen besar yang membutuhkan kesiapan menyeluruh.
“Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menunda pernikahan hingga benar-benar siap, baik dari segi mental, pendidikan, maupun finansial, agar dapat membangun keluarga yang kuat dan berkualitas,” ujarnya.
Acara wisuda dihadiri oleh jajaran perangkat daerah terkait, akademisi dari IPB University, Ketua Pusat Kajian Gender dan Anak IPB University, Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Bogor, tokoh agama, unsur Forkopimcam, serta para peserta wisuda sekolah pra nikah yang terdiri dari pelajar, remaja dan generasi muda.