Cibinong, Kompim – Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor, Ajat Rochmat Jatnika, menghadiri peringatan Hari Anak Nasional (HAN) ke-41 Tahun 2025 tingkat Kabupaten Bogor, yang diselenggarakan di Gedung Tegar Beriman, pada Jumat, (8/8/2025).

Kegiatan tersebut digelar secara hybrid, menggabungkan pertemuan langsung dan daring melalui Zoom serta siaran langsung di YouTube, sehingga dapat menjangkau anak-anak dari PAUD, TK, SD, SMP, hingga SMA di seluruh pelosok Kabupaten Bogor.

Dalam sambutannya, Sekda Ajat menyampaikan keprihatinannya terhadap tingginya angka kekerasan terhadap anak dan perempuan di Kabupaten Bogor. Hal ini diungkapkan setelah pihaknya menerima kunjungan dari Panitia Seleksi Komite Perlindungan Anak Daerah dan BPPOM beberapa hari sebelumnya.

“Data terakhir menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor menempati peringkat tertinggi kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan di Jawa Barat. Faktor utama yang ditemukan adalah penyalahgunaan obat-obatan,” ungkap Ajat.

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya membuka ruang-ruang yang mendukung hak dan tumbuh kembang anak. “Sudah ada beberapa rumah sakit, kantor, dan taman yang ramah anak. Itu adalah ruang-ruang interaksi anak yang harus terus kita perbanyak,” ujarnya.

Ajat juga mengajak seluruh pihak untuk mengurus anak dengan hati, sebagaimana merawat anak sendiri. “Kalau kita menganggap mereka anak orang lain, kita tidak akan maksimal dalam merawat dan mendidik mereka,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa perhatian Bupati Bogor Rudy Susmanto terhadap isu anak sangat besar, dan perlu diimplementasikan melalui kebijakan nyata, program yang terarah, kegiatan konkret, serta anggaran yang jelas.

“Jadikan Kabupaten Bogor sebagai kabupaten ramah anak. Selamat memperingati Hari Anak Nasional,” seru Ajat.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Bogor, Sussy Rahayu Agustini, menjelaskan bahwa pelaksanaan kegiatan HAN tahun ini mengikuti pedoman dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), yaitu diselenggarakan secara sederhana namun bermakna.

Tema yang diusung dalam peringatan HAN tahun ini adalah permainan tradisional. Pemilihan tema ini bukan tanpa alasan. Sussy menjelaskan bahwa permainan tradisional saat ini kian tergerus oleh zaman dan mulai punah. Padahal, permainan tradisional memiliki banyak manfaat, di antaranya dapat mengasah kekuatan otot, kemampuan motorik, serta melatih kemampuan bersosialisasi di antara anak-anak.

Ia juga menyampaikan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah memberikan perlindungan optimal kepada anak, serta menanamkan pemahaman bahwa anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa, yang harus tumbuh dan berkembang dengan baik.

“Diharapkan ini menjadi momentum bagi semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, keluarga, dan anak itu sendiri  untuk bersama-sama berbenah dalam mewujudkan Indonesia Emas,” jelasnya. (nps – ed.swa).